Penggiat media sosial yang kerap mendukung pemerintahan Jokowi, Ade Armando menjadi buah bibir masyarakat setelah dirinya babak belur dipukuli massa dalam demonstrasi menolak masa jabatan presiden tiga periode di depan Gedung DPR RI di Senayan, Jakarta, Senin (11/4/2022).
Pria yang juga dosen Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI) itu sampai harus dilarikan ke rumah sakit setelah sekujur tubuhnya dihajar massa. Wajahnya berdarah-darah dan celananya juga dilucuti.
Terlepas dari bagaimana sepak terjang Ade selama ini di media sosial, Ade adalah sosok yang penyayang kepada istri dan keluarganya.
Salah satu bukti cintanya kepada sang istri pernah diungkapkannya melalui Facebook pada 18 November 2016. Di situ, Ade mengunggah foto istrinya, Nina Mutmainnah, yang sedang tersenyum ke arah kamera.
Di kepala istrinya, hinggap seekor capung saat difoto.
"Walaupun kamu muka ndeso, aku tetap mencintaimu babe!!!!!" tulis Ade pada keterangan unggahannya.
Selain itu, pada 19 November 2016, Ade juga mengungkapkan cintanya pada istrinya dengan kalimat lain.
"Gak apa-apa muka babu, yg penting i love you!!!" katanya.
Ada pula ungkapan cinta Ade kepada istrinya yang sedikit panjang, yang ia tulis pada 18 November 2016.
"Istriku yang paling cantik, yg selalu tersenyum saat aku bangun, yang menghangatkan nasi semalam untuk sarapanku, yg meluruskan yg bengkok, yg melemaskan yg tegang, oh i love you baby," tulisnya.
Dari hubungannya dengan sang istri, Ade Armando telah dikaruniai dua orang anak, yakni Yasmin Rifdaniar dan Feisal Irfansyah.
Profil Ade Armando
Ade Armando yang kini telah bergelar doktor, lahir pada 24 September 1961. Ia merupakan anak bungsu tiga bersaudara. Orangtuanya meruapakan perantau dari Minangkabau, yakni Mayor Jus Gani dan Juniar Gani. Ayah Ade adalah seorang diplomat di masa rezim Soekarno.
Jus Gani pernah menjadi atase di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Maroko dan Filipina. Saat kecil, Ade pernah dibawa keluarganya ke Malaysia untuk berdagang. Di sana, Ade Armando sempat dipermalukan oleh seorang guru keturunan Cina di depan teman-temannya karena tidak lancar berbahasa Inggris.
Pada 1968, keluarga Ade kembali ke Indonesia dan menetap di Bandung.