Memanas, Aksi Protes di Irak dan Lebanon Telan Puluhan Korban Jiwa

- Senin, 28 Oktober 2019 | 12:46 WIB
REUTERS/Thaier Al-Sudani
REUTERS/Thaier Al-Sudani

Dalam kurun waktu dua hari protes yang berlangsung di Irak, sedikitnya 67 warga dilaporkan tewas. Pada Sabtu (26/10) malam, Perdana Menteri Abdul Mahdi berupaya untuk meredakan kekerasan yang meluas dengan mengerahkan para personel Dinas Kontraterorisme, unit elit di negara itu, turun ke jalan di Ibu Kota Irak, Baghdad, dan kota selatan, Nasiriya.

Para personel ini diminta "menggunakan semua tindakan yang diperlukan" untuk menghentikan aksi protes.

-
REUTERS/Thaier Al-Sudani

Di Baghdad dan Nasiriya, ribuan orang turun ke jalan pada hari kedua aksi protes. Kedua kota itu diwarnai dengan kekerasan saat para pemrotes terus melampiaskan kekesalan mereka terhadap para elit politik. Mereka menganggap para elit politik gagal meningkatkan taraf hidup mereka setelah bertahun-tahun terbelenggu konflik dan kesulitan ekonomi.

Para demonstran ini melakukan aksi unjuk rasa untuk menuntut reformasi politik dan pemberantasan korupsi yang meluas di pemerintah.

-
REUTERS/Thaier Al-Sudani

Aksi kekerasan ini membuat empat orang tewas karena terkena tabung gas air mata yang ditembakkan pasukan keamanan di Baghdad. Sedangkan puluhan orang lainnya terluka.

Di Nasiriya, empat orang juga dilaporkan tewas, saat sekelompok orang menyerbu rumah seorang pejabat keamanan daerah. Para penjaga rumah menembak empat orang dari kelompok itu, setelah mereka berusaha untuk membakar rumah pejabat tersebut.

-
REUTERS/Thaier Al-Sudani

Sementara di Hilla, tujuh warga juga dilaporkan tewas, saat anggota kelompok milisi Badr Organization dukungan Iran menembakkan peluru ke arah para pengunjuk rasa yang berkumpul di dekat kantor kelompok tersebut.

Tak sampai disitu, pada Jumat (25/10) sedikitnya 52 orang tewas di berbagai daerah di Irak dan lebih dari 2.000 lainnya mengalami cedera.

Pada bulan lalu, para pengunjuk rasa terlibat bentrok dengan pasukan keamanan dan kelompok-kelompok milisi selama gelombang kedua aksi protes untuk menentang pemerintahan Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi.

-
REUTERS/Alaa al-Marjani

Banyaknya korban dalam aksi protes itu menjadi masalah kekerasan terparah kedua yang terjadi selama bulan Oktober. Sebelumnya, di bulan yang sama, ada sekitar 157 orang tewas dan lebih dari 6.000 orang mengalami luka-luka selama bentrokan antara para pemrotes dan pasukan keamanan.

Menanggapi hal ini, Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi mengatakan bahwa ia sangat terkejut melihat banyaknya orang yang menentang reformasi politik. Ia menduga bahwa aksi ini dipicu desakan dari luar yang akhirnya meminta pemerintah untuk mundur.

-
REUTERS/Wissm al-Okili

Di sisi lain, juru bicara pemerintah Saad Hadithi mengatakan bahwa pihaknya akan segera melakukan perombakan termasuk segelintir kementerian utama.

Kerusuhan ini muncul setelah Irak berada di tahap yang stabil, setelah sebelumnya pada tahun 2013 hingga 2017 Irak mengalami invansi negara asing, perang saudara dan pemberontakan ISIS.

-
REUTERS/Alkis Konstantinidis

Tak hanya di Irak, Lebanon juga sedang ricuh dengan aksi protes puluhan orang dengan aparat keamanan. Aksi demonstrasi yang dilakukan oleh warga Lebanon ini juga didasari oleh tuntutan reformasi politik dan pemberantasan korupsi. Bahkan sejumlah orang dilaporkan terluka saat tentara Lebanon menembakkan gas air mata untuk membuka jalan di Kota Tropoli, kota pelabuhan di pantai utara dan Kota Akkar yang diblokir oleh para demonstran.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Berawal Saling Tatap, ODGJ Bacok Tetangga di Kepala

Selasa, 23 April 2024 | 19:30 WIB
X