Keterlibatan wanita dalam dunia militer, ternyata sudah dipraktikkan oleh bangsa Indonesia si masa penjajahan zaman dulu. Wanita-wanita Yogya telah dilibatkan dalam melindungi keraton sejak abad ke-18.
Prajurit estri, begitu sebutannya, telah dibentuk oleh Sultan Hamengkubowono I saat memulai pemerintahannya. Namun, kinerja para prajurit mulai terlihat ketika diteruskan oleh anaknya, Hamengkubowono II.
Baca Juga: 6 Wanita Hebat di Balik Kesuksesan Kaisar Romawi saat Memimpin, Pengaruhnya Sangat Kuat
Dikutip dari Jurnal Bihari 'Peranan Prajurit Perempuan', para prajurit wanita ini merupakan istri dari bangsawan Keraton Yogyakarta. Para bangsawan seakan menjadikan hal ini sebagai tradisi, ketika mereka memiliki istri yang hendak menjadi seorang prajurit bagi keraton.
Para wanita pun tampaknya sangat tertarik untuk dipersunting oleh bangsawan. Pasalnya, dengan menjadi istri bangsawan selain menjadi prajurit keraton, mereka juga mendapat perlindungan sari sang Sultan.
Tentunya, bukanlah hal yang mudah untuk menjadi prajurit estri tersebut. Terdapat kriteria yang ditetapkan oleh Hamengkubowono II sebagai prajurit estri yakni harus mempunyai paras cantik, rapi, ramah tamah, dan memiliki kecerdasan.
Baca Juga: Meski Sepatu Melayang, Aksi Prajurit Wanita Ini Tetap Profesional
Sebab tugas mereka selain menyambut sang sultan menuju ke singgahsananya, prajurit estri bakal dijadikan sebagai pengawal pribadi bagi sang sultan.
Mereka akan bertemu dengan tamu-tamu kesultanan, dan juga menjadi citra bagi keraton bahwa orang-orang yang bekerja dan berada di dalam kesultanan merupakan orang yang memiliki citra yang baik dan juga kecerdasan yang sangat pintar.