Perawat Jenazah ini Gadaikan Motornya Demi Peti Mati Saat Puncak Pandemi di Tulungagung

- Senin, 3 April 2023 | 14:11 WIB
Bogy Andri Gistanto seorang kepala kamar jenazah RSUD dr Iskak Tulungagung (Z Creators/Firmanto Imansyah)
Bogy Andri Gistanto seorang kepala kamar jenazah RSUD dr Iskak Tulungagung (Z Creators/Firmanto Imansyah)

Pandemi Covid-19 mengubah beberapa hal dalam kehidupan masyarakat, mulai dari penggunaan masker yang lazim hingga saat ini, hingga penerapan jaga jarak di area umum.

Kendati kini pandemi sudah berlalu dan masyarakat bersiap menuju ke endemi, namun kisah perjuangan luar biasa para perawat jenazah pada puncak pandemi Covid-19 di Tulungagung, memberikan banyak pelajaran dan inspirasi.

Salah satunya disampaikan oleh Bogy Andri Gistanto (44) kepala kamar jenazah RSUD dr Iskak Tulungagung, atau yang sekarang dikenal dengan sebutan Instalasi Kedokteran Forensik (IKF).

-
Bogy Andri Gistanto seorang kepala kamar jenazah RSUD dr Iskak Tulungagung (Z Creators/Firmanto Imansyah)

Bogy adalah seorang perawat yang awalnya bertugas di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr Iskak Tulungagung, kemudian pada tahun 2015, dirinya mendapatkan tugas baru sebagai perawat jenazah di kamar mayat.

"Saya sejak 2015 di Kamar jenazah mas, ya ada tugas untuk ditempatkan disini ya saya ikut saja, sesuai perintah," ujarnya.

Ketertarikannya akan hal baru, membuatnya tidak menolak tugas ini.
Peristiwa - peristiwa tak terbayangkan sudah pernah dialaminya, namun dirinya yakin niat tulusnya untuk bekerja dengan baik akan berbuah baik dan bukan sebaliknya.

Baca Juga: Pamit Salat ke Masjid, Pria Asal Tuban Ditemukan Tewas Mengapung

"Saya ini kan suka penasaran dengan hal baru, misal ada rekonstruksi atau sedang ada peristiwa apa gitu saya sering penasaran untuk melihat, jadinya sudah Ndak takut lagi," ucapnya.

Termasuk ketika menangani perawatan jenazah Mrx atau orang tak dikenal yang sudah tidak bisa dikenali lagi identitas maupun ciri - ciri fisiknya.

"Saya punya prinsip, kita ini kan kerja tulus mau bantu si mayat ini, masak malah dihantui, kan lucu, makanya saya fokuskan niat kerja tulus membantu jenazah ini," jelasnya.

Namun pengalaman paling menarik menurutnya adalah saat timnya dihadapkan pada puncak Covid-19 di kabupaten Tulungagung. Dimana saat itu selama lebih kurang satu bulan, banyak kematian ditemuinya setiap hari, sehingga mau tak mau puluhan jenazah harus dirawatnya setiap hari.

"Ya mau nggak mau, tim anggota hanya 10 orang ini bergantian mas, pokoknya saya pesan ke teman - teman kalau merasa tak enak badan langsung libur saja, Ndak usah masuk dan jaga jarak dulu dengan keluarga di rumah, jangan sampai kita pulang malah bawa penyakit," ungkapnya.

Dirinya bersama tim kemudian membulatkan tekad untuk melaksanakan tugas kemanusiaan ini, bahkan jam kerja yang biasanya dibagi siang dan malam, sudah tidak bisa dipastikan lagi, sebab jenazah yang baru diterima dari ruang perawatan harus segera diproses untuk diserahkan kepada keluarga.

Masalah kemudian bertambah saat stigma masyarakat ikut memperkeruh suasana, termasuk isu masyarakat biasa yang dicovidkan untuk alasan tertentu.

Halaman:

Editor: Z Creators

Tags

Terkini

Ada dari Sumatra, Ini 3 Smart City di Indonesia

Minggu, 28 April 2024 | 11:35 WIB

Kemnaker Luncurkan Program K3 Nasional 2024-2029

Kamis, 25 April 2024 | 21:56 WIB
X